Jumat, 06 Desember 2019

KITA BISA SIAGA TSUNAMI ! (Apa itu tsunami dan mitigasinya)


Masih belum hilang dari ingatan kita tentang 13 tahun yang lalu tepat pada tanggal 26 Desember 2004. Sebuah bencana besar meluluh lantakkan sebagian negeri yakni Aceh. Dilansir dari salah satu web rubrik dunia (www.dw.com) gempa berkekuatan 9.1 sampai 9.3 skala richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatra, sekitar 20 sampai 25 kilometer di lepas pantai. Aceh menjadi kwasan terparah yang dilanda tsunami. Sedikitnya 130.000 orang tewas dikawasan ini saja. Tidak heran jika tsunami digolongkan menjadi salah satu bencana kebumian yang besar. Dengan kekuatan gelombangnya tsunami dapat menyapu semua benda yang dilaluinya.

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar hingga kecepatan lebih dari 900 km per jam yang sebagian besar diakibatkan karena terjadinya  gempa bumi besar di dasar laut. Tsunami dapat dipicu oleh bermacam macam gangguan, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di bawah laut atau bisa juga dari tumbukan benda langit. Namun diantara penyebab terjadinya tsunami ini hampir 90 % terjadi karena adanya gempa bumi dibawah laut. Gerakan vertikal pada kerak bumi dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba tiba. Hal ini menyebabkan gangguan kesetimbangan air yang berada diatasnya. Inilah yang mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang  ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar.

Energi tsunami bisa mencapai 10 % dari energi gempa pemicunya. Bisa dibayangkan, gempa dengan kekuatan mencapai 9 R akan menghasilkan energi yang setara dengan lebih dari 100.000 kali kekuatan bom atom Hiroshima, Jepang(www.dw.com). Korban meninggal akibat tsunami terjadi biasanya karena tenggelam, terseret arus, terkubur pasir, terhantam serpihan atau puing dll. Kerusakan lain akan meliputi kerusakan rumah tinggal, bangunan pantai, prasarana lalu lintas, suplai air dan listrik. Selain itu gelombang tsunami juga akan merusak sektor perikanan, pertanian, kehutanan, industri, dll.

Hasil gambar untuk siklus manajemen bencana
Siklus  Manajemen Bencana
(sumber: Pratikto, 2005)

Bencana kebumian seperti tsunami adalah salah satu contoh bencana alam yang kita tak dapat mencegahnya. Itulah cara alam dalam menyeimbangkan dan mempertahankan hidupnya. Setelah bencana itu datang tentu saja dapat memberikan dampak baik negatif maupun positif. Melalui bencana kebumian kita bisa mempelajari bagaimana cara tuhan menyadarkan manusia atas kekuasaannya. Dampak negatif dari bencana kebumian pun tak luput menjadi peringatan. Sebagai bencana kebumian yang kita sendiri tak bisa mengetahui secara pasti kapan dan dimana akan terjadi, tentu akan banyak menelan korban baik manusia, hewan, tumbuhan dan menyebabkan kerugian yang lainnya. Namun tidak kemudian kita bisa menyimpulkan bahwa bencana tsunami tak dapat kita tanggulangi. Untuk menangani masalah bencana maka dikenal dengan penanggulangan bencana, yaitu siklus kegiatan yang saling berkaitan mulai dari kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, kegiatan pemulihan dan kegiatan pembangunan. Tahap tahap ini dapat saling berkaitan dan membentuk suatu lingkaran  untuk menejemen bencana.

Mitigasi meliputi segala tindakan yang meliputi mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Untuk mengurangi bahaya tsunami diperlukan perhatian khusus terhadap 3 hal yaitu struktur pantai, penataan wilayah, dan sistem yang terpadu. Struktur pantai : Didaerah pantai dimana gempa biasa terjadi sebaiknya dibangun struktur bangunan penahan ombak berupa dinding pantai yang merupakan bangunan pertahanan terhadap tsunami. Atau bisa juga dengan penanaman pohon - pohon pantai seperti tanaman bakau. Penataan wilayah : perkiraan tentang daerah rawan tsunami diperlukan untuk merancang daerah pemukiman yang aman bagi penduduk. Sistem yang terpadu : sistem pencegahan tsunami akan meliputi hal - hal seperti peramalan, peringatan dini, evakuasi, pendidikan masyarakat, latihan kebiasaan untuk selalu waspada terhadap bencana dan kesigapan pasca bencana.

Jika tsunami datang maka lakukanlah beberapa hal berikut : (1) jangan panik; (2) jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan; (3)bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi terutama jika sedang berada di dekat laut atau sungai ; (4) tetap ditempat yang aman sampai air laut benar benar surut; (5) jika memungkinkan berlarilah ke bukit terdekat;(6) pergi ketempat evakuasi yang telah ditentukan jika memungkinkan; (7) pergi ketempat yang bertulang baja dengan menggunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas;(8) pastikan tangan anda bebas dan tidak membawa apa apa.

Sesudah tsunami beberapa hal yang bisa dilakukan  yakni : (1)tidak memasuki wilayah yang rusak kecuali setelah dinyatakan aman; (2) hindari instalasi listrik; (3) datangi posko bencana untuk mendapatkan informasi. Bisa dilakukan dengan menjalin komunikasi dan kerja sama dengan warga sekitar.

Diatas adalah beberapa penjelasan tentang apa itu tsunami, apa saja penyebabnya, seberapa bahayanya tsunami dan langkah - langkah yang bisa dilakukan sebelum tsunami datang sebagai upaya mengurangi kerusakan yang diakibatkan dan mengurangi jatuhnya korban, saat tsunami datang serta langkah langkah yang bisa dilakukan sesudah tsunami menerjang. Semua ini tentu saja harus dilakukan dengan kerjasama dan bantuan dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah Indonesia.

Kamis, 05 Desember 2019

TEORI CAHAYA

TEORI CAHAYA
Cahaya adalah energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Dalam Fisika, Cahaya adalah radiasi gelombang elektromagnetik baik dengan panjang gelombang kasat mata ataupun tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut dengan foton.
Adapun sifat-sifat cahaya, diantaranya:
· Cahaya merambat lurus
· Cahaya dapat dibiaskan
· Cahaya dapat diuraikan
· Cahaya dapat menembus benda bening
· Cahaya dapat mengalami interferensi
· Cahaya dapat mengalami difraksi (Pelenturan)
· Cahaya dapat mengalami polarisasi
Teori Impuls Cahaya
Descarter mengemukakan teori cahaya dalam dalam suatu tulisannya tentang optik pada tahun 1637 dan menyatakan bahwa cahaya adalah suatu impuls (gangguan) yang merambat lurus dengan cepat dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dari semua penjelasannya, maka teori impuls cahaya dari Rene Descarter ini mampu menjelaskan hukum Snellius.
Teori Korpuskuler
Teori Korpuskuler diungkapkan oleh fisikawan dan ahli matematika yang berasal dari Inggris, yaitu Sir Isaac Newton (1642-1727). Dalam teorinya, Newton mengungkapkan bahwa sumber-sumber dari cahaya memancarkan elemen-elemen sangat halus yang mengenai mata kita, sehingga memberikan kesan cahaya. Bagian-bagian yang sangat halus tersebut, menurut Newton  partikel-partikel cahaya yang dipancarkan ke segala arah. Maka berdasarkan teori tersebut cahaya terdiri dari berkas partikel.
Teori korpuskuler Newton juga mengungkapkan bahwa laju cahaya cepat ketika memasuki medium yang lebih rapat, hal tersebut dikarenakan cahaya mendapatkan tarikan gravitasi lebih besar. Teori Kopuskuler bisa menjelaskan fakta tentang pemantulan cahaya, namun kemudian teori tersebut bertentangan dengan teori cahaya yang diungkapkan oleh Huygens.
Disamping itu, Newton sendirilah juga menemukan cincin Newton. Cincin Newton adalah suatu fenomena yang disebabkan interferensi cahaya yang diakibatkan oleh refleksi cahaya antara dua permukaan - permukaan bulat dan rata. Fenomena yang menunjukkan cahaya sebagai gelombang.

Teori Gelombang
Teori gelombang diungkapkan oleh seorang ahli astronomi, matematikawan, dan ahli fisika yang berasal dari Belanda yaitu Christian Huygens (1629-1695). Menurut Huygens, di dalam sumber cahaya terdapat sesuatu yang bergetar dan getaran tersebut merambat lurus ke mata kita sebagai gelombang. Karena cahaya bisa merambat dalam ruang hampa, maka menurut Huygens, medium untuk cahaya bukan udara.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada akhir abad 19 para ilmuan percaya bahwa di ruang angkasa terdapat eter yang menyebabkan cahaya bisa merambat melalui ruang hampa. Eter adalah zat yang memenuhi ruangan dan tidak memiliki massa. Tetapi kemudian, hipotesis tentang eter tersebut tidak terbukti karena berdasarkan percobaan dari Albert Michelson dan Edward Morley, eter tersebut tidak ada.
Pada tahun 1678, Huygens mengungkapkan sebuah prinsip yang dikenal sebagai prinsip Huygens, yang berbunyi sebagai “Setiap titik pada muka gelombang cahaya bisa bertindak sebagai sumber gelombang sekunder yang memancar dari pusatnya dengan frekuensi, kecepatan, dan panjang gelombang yang sama seperti gelombang sumbernya.
Gelombang sekunder yang dihasilkan, menurut prinsip Huygens, disebut sebagai anak gelombang. Prinsip Huygens bisa menjelaskan apa yang terjadi ketika cahaya / gelombang lain menumbuk sebuah penghalang atau memasuki medium lain selama proses pembiasan.
Pada tahun 1801, seorang ilmuwan Inggris bernama Thomas Young (1773-1829) dan seorang ilmuan Perancis yaitu Augustin Jean Fresnel (1788-1827), berhasil mengembangkan teori gelombang cahaya Huygens. Young dan Fresnel menyatakan perbedaan antara partikel dengan gelombang, yaitu ketika dua buah atau lebih gelombang berpadu dalam medium yang sama, maka gelombang-gelombang tersebut bisa saling menguatkan atau saling meniadakan perpindahan partikel-partikel pada berbagai tempat dalam medium.
Kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan percobaan tentang interferensi yang dilakukan oleh Young dan Fresnel secara terpisah. Young merupakan ilmuwan yang mengajukan ide mengenai interferensi gelombang cahaya, sedangkan Fresnel adalah ilmuwan yang mampu menganalisis fenomena interferensi dan difraksi secara matematis. Selain itu, Fresnel juga mampu menjelaskan tentang polarisasi cahaya dan menyatakan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal.
Teori Gelombang Elektromagnetik
Teori gelombang elektromagnetik diajukan oleh seorang ahli fisika Inggris, yaitu James Clerk Maxwell (1831-1879). Berdasarkan gagasan Faraday tentang hubungan listrik dan magnet, maka Maxwell menyatakan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang tidak membutuhkan medium untuk merambat.
Maxwell dengan apik menggabungkan dan menjelaskan hubungan unik antara 4 hukum listrik dan kemagnetan yang sebelumnya diusulkan oleh Charles-Augustin de Coulomb (1736-1806), Karl Gauss (1777-1855), Andre Ampere (1775-1836), dan Miichael Faraday (1791-1867). Dengan kejeniusannya dalam listrik statis, listrik dinamis, dan kemagnetan, Maxwell menyatukan keempat hukum itu dalam empat buah persamaan differensial.
1. Hukum Coulomb, yang menyatakan gaya tarik-menarik antar muatan listrik. Hukum ini juga bisa diturunkan secara matematika dari Teori Gauss.
2. Teori Gauss tentang kemagnetan, yang menyatakan magnet bersifat dipol (dua kutub), tidak terpisah seperti muatan listrik (muatan listrik adalah monopol, ada muatan negatif dan muatan positif).
3. Penemuan Ampere yang menyatakan muatan listrik yang bergerak menghasilkan medan magnet.
4. Percobaan Faraday yang menunjukkan: mengubah medan magnet menghasilkan medan listrik, sebaliknya juga mengubah medan listrik turut mengubah medan magnet.
Persamaan yang diajukan Maxwell selalu berjalan simultan atau bersamaan. Saat menyelesaikan persamaan itu, diperlukan suatu kondisi agar keempat persamaan itu tetap terus simultan. Muatan yang bergetar akan menjadi gelombang elektromagnetik dan bergerak dengan kecepatan yang tetap. Maxwell kemudian menghitung kecepatan gelombang itu, dan nilainya secara praktis sama dengan kecepatan cahaya. Suatu kebetulan yang luar biasa! Dan dengan itu, tidak bisa disangkal bahwa cahaya pasti bersifat gelombang.
Maxwell berhasil memprediksi kelajuan cahaya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Hasil gambar untuk Maxwell berhasil memprediksi kelajuan cahaya dengan menggunakan persamaan
Teori gelombang elektromagnetik Maxwell didukung oleh Heinrich Hertz yang berhasil membangkitkan dan medeteksi adanya gelombang elektromagnetik dari sebuah percobaan dengan menggunakan listrik.


` Teori Kuantum
Pelopor dari teori kuantum yaitu Max Planck dan Einstein. Max Planck mengusulkan teori yang sama sekali bertentangan dengan teori cahaya sebagai gelombang. Dalam menjelaskan spektrum radiasi elektromagnetik oleh benda hitam pada suhu tinggi, Planck menemukan teori baru, teori kuantum. Teori tersebut menyatakan bahwa cahaya bisa berperilaku sebagai sebuah gelombang maupun partikel. Planck menyatakan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket energi yang disebut dengan foton. Dia menjelaskan bahwa muatan listrik yang bergetar hanya mengeluarkan emisi cahaya dalam tingkat energi tertentu. Tingkat energi ini dihitung dalam unit kuanta hf, h adalah konstanta universal Planck, dan f adalah frekuensi getaran muatan listrik tersebut.
Berdasarkan teori kuantum, maka pada tahun 1905 Albert Einstein (1875-1955) mengembangkan ide mengenai cahaya dan berhasil menjelaskan peristiwa tentang efek foto listrik. Cahaya sendiri memancarkan energi dalam satuan kuanta. Tiap foton membawa satu kuanta energi hf, dan artinya cahaya memiliki sifat partikel.


SUMBER :
https://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Newton
http://www.danielnugroho.com/science/dualisme-sifat-cahaya/

MEREBUS AIR DI DALAM CANGKIR KERTAS

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa memanaskan air dengan menggunakan alat yang terbuat dari besi atau seng sebagai bahan yang dapat menghantarkan panas yang baik (konduktor), seperti panci dan wajan. Namun, ternyata ada juga alat lain yang dapat digunakan memanaskan air yaitu gelas kertas. Sekilas mungkin banyak yang beranggapan bahwa gelas kertas tersebut akan terbakar. Namun menurut teori dan kenyataan, gelas tersebut tidak terbakar sedikitpun. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengamati dan membuktikan hal tersebut.

Alat dan Bahan
1. Cangkir Kertas
2. Pembakar Bunsen Spirtus
3. Kaki Tiga
4. Korek
5. Penggaris
6. Air

Rancangan Percobaan

 Langkah Percobaan
1. Melubangi sisi bagian atas kertas untuk mengaitkan penggaris sehingga menjadi penyangga cangkir ke kaki tiga.
2. Tuangkan air ke dalam cangkir kira-kira setinggi 5 cm.
3. Letakkan bunsen di bawah cangkir dan nyalakan api.
4. Tunggu beberapa saat dan amati apa yang terjadi.

Hasil Pengamatan  dan Analisis

(proses pemanasan air)





















Ketika air di dalam cangkir kertas dipanaskan melalui bunsen yang berada dibawahnya, cangkir kertas masih tetap utuh dan tidak terbakar. Setelah beberapa saat kemudian, air dalam cangkir mendidih pada suhu 100oC. Hal ini terjadi karena panas atau kalor dari api yang seharusnya membakar cangkir kertas di hantarkan cangkir kertas ke air yang ada didalamnya dikarenakan air yang ada didalam botol memiliki temperatur yang lebih rendah dan memiliki kalor jenis tinggi. Sehingga menaikkan suhu air dalam cangkir kertas sampai mendidihkan air. Selama air masih ada di dalam cangkir, air akan menjaga kertas tetap dingin sehingga tidak terbakar. Jika air terus mendidih dan menyebabkan air menguap (kering), sehingga panas dari bawah gelas tidak ditransfer/berpindah, maka gelas kertas akan terbakar.
Air akan mendidih pada suhu 100oC di atas permukaan laut. Suhu ini disebut sebagai titik didih air. Titik didih ini dipengaruhi oleh banyak hal seperti tekanan, altituda,  serta jenis air yang digunakan. Semakin tinggi altitude, maka tekanan akan semakin menurun sehingga tentunya titik didih air akan menurun. Semaikin rendah altituda, tekanan akan semakin besar, sehingga titik didih air membesar. Maka, air akan mendidih pada suhu yang berbeda di tempat-tempat yang berbeda ketinggian. Itulah mengapa memasak air di pegunungan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan saat memasak air di pantai.

Jenis air atau kemurnian air akan berpengaruh pada titik didih air. Titik didih air akan meningkat seiring bertambahnya ketidakmurnian. Pengaruh ketidakmurnian air ini dapat diatasi dengan menggunakan air suling.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan bahwa cangkir kertas yang berisi air tidak terbakar karena panas dari api yang diterima cangkir kertas tersebut dihantarkan ke air yang memiliki temperatur yang rendah sehingga panas tersebut digunakan untuk memanaskan air yang ada didalamnya hingga mendidih.

Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan diluar ruangan agar kita dapat menghindar dari benda-benda yang mudah terbakar dikarenakan botol plastik yang terbakar akan meneteskan lelehannya yang masih mengandung api. Selain itu juga sebaiknya dalam praktikum kita mengunakan sarung tangan anti panas untuk menghindari panas api yang membakar botol plastik tersebut.

Mengidentifikasi Nilai dalam Kearifan Lokal (Lagu Madura : Pajjhar Lagghu)

Lagu Pajjhar Lagghu
Pajjhar lagghu arena pon nyonara
Bapa’  tane se tedung pon jhagha’a
Ngala’ are’ ben landhu’ tor capengnga
A jhalananna ghi’ sarat kawajibhan
Atatamen mabannya’ hasel bhumena
Mama’mor  nagharana tor bangsana

“Pajjhar Lagghu” (fajar pagi) adalah lagu yang menggambarkan kegiatan masyarakat pedesaan Madura di pagi hari. Ketika fajar tiba, para petani pergi ke sawah membawa cangkul dan topi (Ngala’ are’ ben landhu’ tor capengnga) untuk bertani  guna menghidupi keluarganya. Mereka bertani tidak hanya untuk memberi makan keluarga mereka tapi juga untuk kemakmuran negara dan bangsanya (Mama’morra nagharana ban bangsana.) Bagi masyarakat Madura bekerja sebagai petani menjadi pekerjaan utama. Meskipun tanah Madura kurang subur, dengan semangat kerja yang giat dan pantang menyerah mereka dapat hidup dari bercocok tanam tersebut.

Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Madura untuk bergotong royong dalam bercocok tanam. Kaum lelaki dewasa mencangkul di sawah. Anak-anak yang sudah dewasa dan cukup kuat untuk menggunakan cangkul tidak segan-segan membantu bapak mereka bercocok tanam di sawah dan di ladang. Bagi kaum perempuan, tugas mereka yang utama adalah memasak di dapur dan mengantarkan makanan tersebut ketika siang hari. Semua anggota keluarga memiliki peran dan mereka melaksanakan peran mereka dengan gotong royong. Tanpa gotong royong, pekerjaan mereka akan lama terselesaikan.

Nilai yang terkandung dalam syair lagu Pajjhar Lagghu yaitu nilai Kepedulian (peduli akan kemakmuran bangsa dan Negara) dan nilai Ketangguhan (ketangguhan para petani untuk pergi ke sawah di pagi hari untuk bertani)

Mengidentifikasi Nilai dalam Kearifan Lokal (Lagu Madura : Tondu’ Majang)

Lagu Tondu’ Majang
Ngapote wa’ lajarra etangale
Semajang tantona la padha mole
Mon tangghu dari ambet dha jhalanna
Mase bannya’a ongghu ollena.
O… mon ajhelling odi’na oreng majangan
Abhantal omba’ sapo’ angen salanjhangah
Reng majang bannya’ ongghu bhabhajana
Kabhilang alako bhandha nyabana.

Lagu “Tondu’ Majang” (datang dari melaut) di atas menceritakan kehidupan nelayan Madura. Kehidupan mereka digambarkan sangat keras karena harus bertemu banyak mara bahaya di laut (atemmo bhabhaja). Mereka juga harus mempertaruhkan nyawa (bhandha nyaba) untuk menghidupi keluarga yang ditinggalkan di rumah. Kadang untuk mendapat tangkapan ikan yang banyak mereka harus tinggal berhari-hari di perahu sehingga mereka menjadi terbiasa dengan laut dan mengandaikan ombak sebagai bantal dan angin sebagai selimut mereka (Abhantal omba’ sapo’ angen).
Nilai yang terkandung dalam syair lagu Tondu’ Majang adalah nilai Ketangguhan (tangguh dalam berlayar yang banyak melewati mara bahaya selama di laut untuk menangkap ikan). 

Rabu, 27 Juni 2018

Resensi Buku Kumpulan Cerpen 'Robohnya Surau Kami'

Pesan Moral Sang Cerpenis

Judul buku          : Robohnya Surau Kami
Pengarang          : Ali Akbar Navis
Penerbit              : Gramadia Pustaka Utama
Cetakan               : XIII, September 2007
Tebal buku          : vi + 42 halaman

Pada tahun 1956, Robohnya Surau Kami terbit pertama kali yang merupakan salah satu karya Ali Akbar Navis yang monumental dalam sejarah sastra Indonesia. Navis lahir pada tanggal 17 November 1924 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Navis mendapat pendidikan di Perguruan Kayutanam. Selain bergerak di bidang pendidikan, Navis juga berkiprah di Jawatan kesenian dan kebudayaan Provinsi Sumatera Tengah di Bukittinggi pada tahun 1952-1955, pemimpin redaksi harian Semangat di Padang pada tahun 1971-1982, dan sejak 1969 menjadi Ketua Yayasan Ruang Pendidik INS Kayutanam. Navis hidup pada masa yang bisa dikatakan “tempo dulu” yang juga berpengaruh terhadap karyanya dalam buku Robohnya Surau Kami. Navis banyak menceritakan kehidupan masyarakat Indonesia yang masih sederhana dan teknologi belum secanggih dan serumit seperti sekarang. Lihat saja kisah pejuang wanita yang kehilangan kedua tangannya akibat ikut bertempur melawan penjajah dalam cerpen “Angin dan Gunung”; Sidin yang membantu korban kecelakaan kereta api bersama para tentara Jepang dalam cerpen “Penolong”; kisah Ompi yang selalu menunggu surat dari anaknya yang merantau di Jakarta walau dalam keadaan sakit dalam cerpen “Anak Kebanggaan’’; atau tokoh aku yang mengisahkan tentang perbedaan pemuda pada zamannya muda dulu dengan pemuda pada zaman sekarang dalam cerpen “Dari Masa ke Masa”, serta cerita lainnya yang membuktikan berbagai kisah dalam buku ini Navis mengisahkan kehidupan masyarakat Indonesia yang masih penuh dengan kekolotan dan kesempitan cara berpikir pada masanya, bahkan pada masa pendudukan Jepang.

Dalam buku ini Navis menyajikan cerpen – cerpennya dengan cara yang sangat imajinatif yang mampu mempermainkan emosi pembaca. Navis berhasil membuat pembaca membayangkan apa yang akan dan sedang terjadi pada tokoh dan membangun keterkejutan pembaca serta berhasil mengguncangkan ketegangan pembaca, dimana setiap pada akhir cerita selalu mengandung unsur yang tak terduga seperti kisah anak tiri yang disiksa dan akhirnya dibunuh dengan sangat tragis oleh ibu tirinya dalam cerpen “Pada Pembotakan Terakhir”. Pemikirannya yang kritis dapat dijadikan sebagai otokritik bagi setiap pemeluk agama – agama di Indonesia dan dimanapun juga, seperti kisah penjaga surau yang menghilangkan nyawanya karena cerita Ajo Sidi tentang Tuhan dalam cerpen “Robohnya Surau Kami”; kisah dua saudara kandung yang menikah karena kelalaian orang tua yang berpisah dalam cerpen “Datangnya dan Perginya”; kisah seorang tukang rem kereta api yang membalas dendamnya dengan membunuh masinis yang membakar topi helm kebanggaannyanya dalam cerpen “Topi Helm”; kisah seorang majikan yang ditipu sang pembantu rumah tangganya dalam cerpen “Menanti Kelahiran”; kisah kekecewaan seorang bapak yang dimintai nasihat oleh anaknya namun tidak dipatuhi oleh anaknya dalam cerpen “Nasihat – nasihat”. Ini membuktikan kepiawaian Navis dalam merangkai alur cerita dengan bahasa yang lugas dan apik namun tetap sarat akan makna dan pesan moral.

Namun sayangnya, dalam buku ini banyak ditemukan istilah yang mungkin kurang bisa dipahami oleh masyarakat awam, seperti kata bercepak cepong, etek, garin, klerk, dibuntung awak, ninik mamak, jangat, anata, omae, rekas, bagero, bede, yang tidak diterangkan oleh Navis secara jelas. Navis tidak memberikan keterangan tambahan atau catatan kaki tentang istilah tersebut yang tentunya keterangan tersebut dapat membantu pembaca agar lebih memahami cerita dalam cerpen. 

Terlepas dari itu, Navis banyak menyuguhkan kisah-kisah yang mengandung pesan moral yang bisa kita petik. Melalui kesalahan dari perilaku para tokohnya dalam menyelesaikan konflik, seakan menjadi cerminan untuk diri kita. Kesalahan itu seperti rasa bersalah, harapan yang tampak konyol, kebanggaan yang berlebihan, penyesalan, kekecewaan, dan semua hal itu dikisahkan dalam cerpen yang disuguhi dengan pesan moral. Navis seolah ingin memaparkan bahwa dalam menjalani hidup haruslah dengan keseimbangan antara alam akhirat dan alam dunia. Buku ini juga seakan mengajak kita untuk berinterospeksi diri dan membenahi diri kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Buku ini telah memberi banyak pelajaran yang dapat di ambil hikmah dan manfaatnya.Buku kumpulan cerpen ini layak dibaca bagi semua kalangan masyarakat tanpa adanya batasan usia, kasta, ataupun agama. Kita perlu membaca buku ini, yang sarat pesan moral agar kita lebih bisa menyikapi hidup dan menjadi manusia yang lebih baik. Buku ini juga layak dijadikan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian di bidang sosial budaya ataupun agama.


Peresensi, Widya Kartikasari

Rabu, 16 Mei 2018

Pendekatan Saintifik

Para siswa dipersilahkan melakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan sebagai berikut :


Mengamati :
Amati dengan seksama video pembelajaran seperti berikut



Menalar :
Carilah informasi tambahan dari berbagai sumber belajar (buku, jurnal, majalah, internet, dll) yang diperlukan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang telah para siswa kemukakan di atas. Diskusikan dengan anggota kelompoknya masing-masing, kemudian buat uraian penjelasan tentang jawaban yang para siswa telah temukan sendiri.

Mencoba :
Bersama teman anggota kelompok, buatlah rencana percobaan virtual dengan menggunakan aplikasi PheT untuk memastikan jawaban yang para siswa temukan adalah benar.

Mengkomunikasikan :
Presentasikan jawaban yang telah diperoleh di hadapan kelompok lain, lakukan diskusi bersama untuk mendapatkan jawaban benar secara mantap.

KITA BISA SIAGA TSUNAMI ! (Apa itu tsunami dan mitigasinya)

Masih belum hilang dari ingatan kita tentang 13 tahun yang lalu tepat pada tanggal 26 Desember 2004. Sebuah bencana besar meluluh lantakk...